Gampang-gampang susah ternyata menjadi orang tua. Hal ini baru terasa setelah saya memiliki 2 orang anak. Memang, keinginan kami untuk segera punya anak setelah menikah, adalah cita-cita kami. Tetapi kini saya baru sadar, jika punya anak itu bukanlah sesuatu yang mudah! kami sempat “syok” dan terpana ketika impian untuk hamil anak pertama kami terwujud, tetapi jauh dari indahnya mimpi. Mengapa…? Ketika hamil anak pertama, ternyata si bunda merasakan mual yang teramat parah. Saking parahnya, bahkan dirinya harus berdiam diri ditempat tidur selama masa kehamilannya. Jangankan bergerak untuk berolahraga, untuk makan dan minum saja harus dilayani. Apalagi kalau sudah dekat waktu masak. Aroma nasi panas yang keluar akan dimakinya habis-habisan karena menambah rasa mual diperutnya.
Alhamdulillah untuk kehamilan anak yang kedua ini, si bunda lebih sedikit bersahabat. Rasa mual yang hadir tidak begitu menggangu aktivitasnya dan dirinya masih bisa mengajar anak didiknya. Meski begitu, penciumannya menjadi begitu tajam. Untuk jarak beberapa puluh meter saja, dia sudah mencium aroma tak sedap seperti asap rokok atau bau pembakaran plastik.
Jika saya membandingkan keduanya disaat bayi, memang sangat berbeda jauh. Si kakak tak henti-hentinya menangis, kalau orang dikampung sih bilangnya “cengeng”. Bahkan saking cerewetnya dia bisa menggegerkan 1 RT. Pernah satu ketika ada pengajian ibu-ibu di sebelah rumah, si kaka yang mungkin merasa tertanggu istirahatnya menangis tak henti-henti. Kami semua panik karena menangis nya tanpa air mata. Alih-alih untuk mendiamkannya, maka kami bawa si kaka ke acara pengajian tersebut. Alhasil satu pengajian tersebut mendo’akan si kakak. Jadi meski membuat geger, ternyata si kakak beruntung karena menjadi satu-satunya orang yang di do’akan oleh ibu-ibu sekampung 😀 .
Lain lagi dengan si dede yang baru berusia 3 bulan ini. Pembawaannya begitu kalem, tidak banyak tangisan melewati hari. Hanya beberapa kali saja dia menangis. Tapi jangan tanya soal suara tangisannya, gak jauh beda sama kakak nya. Bahkan lebih kencang 2x lipat suaranya.
Memang hingga saat ini tidak ada yang mengatakan secara detil, tantangan dan masalah yang akan anda hadapi setelah punya anak nantinya. Tetapi yang mutlak dimiliki calon ayah dan ibu adalah kesiapan psikologis dan mental.
Kesiapan mental dan psikologis menjadi modal utama calon ayah dan ibu yang ingin punya anak. Bahkan jauh sebelum kehamilan terjadi, calon ayah dan ibu harus benar menyadari lebih dulu hakikat, konsekuensi dan makna kehadiran anak di dalam keluarga. Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi seorang ayah maka timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dan keprihatinan akan persiapannya menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya.
Tantangan ketika anak hadir di tengah Anda dan pasangan tentu saja masih berderet. Tak perlu cemas dan khawatir Ayah dan Bunda! Selama Anda berdua selalu terbuka, saling mendukung dan siap secara psikologis-mental, semua masalah pasti akan dihadapi dan bisa diatasi bersama!
Semangat…!!!
~RTM
08-02-2015
setiap anak punya pembawaan yang beda-beda. kira-kira begitu.
kalau naik tapi nggak keluar air mata, sering dikaitkan sama yang nggak2 kan, bang?
Iya bang…. Kalau di rumah pasti dikait-kaitkan sama tetangga sebelah
Tiap anak memang beda-beda dan spesial ya Kang. Jadi belom tentu pengalaman kakak bisa dipake buat si adek. Hehehe.
Persiapan mental emang perlu banget buat sebelum punya anak ya Kang
Betul mas, pengalaman anak pertama belum tentu berguna bag anak ke dua
Persiapan mental menyambut berkah kepercayaan momong titipanNya ya Mas, menyambut anugerah dengan tanggung jawab. Selamat bertumbuh kembang Adek, jadi sahabat kakak dan kebanggan Ayah Bunda. Salam
Terima kasih do’anya prih…
ah… aku nikah aja belom.. persiapan buat jadi calon suami yang baik dulu ini.. 😀
Hahaha… itu satu paket bro gak bisa dipisah
nah iya juga ya mas 😀
Alhamdulillah anakku jarang nangis dulu. Sekarang mulai agak susah aja tidurnya… 😀
Yang jelas beda dari menikah belum punya anak, dan menikah sudah punya anak.
Harus rela lebih banyak waktu untuk dirumah dan mengurangi waktu travelling 😀
Hahaha…. Sama bu, sekarang kalau disuruh traveling dari kantor malah malas-malasan 😀
Tapi sayanya masih pengen banget, bagaimana kumaha atuh? 😦
Ini lagi istikharah 😀
Rencana ada travelling ke Padang minggu ini dari kantor, tapi pengen istirahat dulu di Jakarta aja
Hehe… kan laki2 mah ga terlalu berat. Beda sama perempuan. Apalagi masih nyusuin… BERATTTT… 😀
Iya juga sih…
Tapi gak betah lama-lama ninggalin si kecil, apalagi sedang lucu-lucunya 😀
Sama seperti mas Rahmat suamiku, kalau lagi dinas minta dikirimin foto dede anak terus.. hehe…
Wah traveling ke Padang? Kalo saya pasti mau bingiiiits, secara kamoung sendiri, haha… #ngarep.
Berkunjung ke blog aku ya kang Rahmat.
Hahaha…. Sekalian pulang kampung ya uda
Wah … rekor yang langka mas, bisa didoain saat pengajian RT …
ide bagus neh 😀
Bukan se-RT, tapi sekampung pak
iya betuul
harus nyedian stok sabar yang banyaak
Hihihi… hampir kehabisan stok nih bu 😀
apalagi kalo anaknya masih batita..ada aja tingkahnya
Betul bu….
Yak betul tiap anak punya pembawaan sendiri. Tiap anak punya sejarah sendiri.
Selamat ya kang Rahmat atas kelahiran anak keduanya. Semoga jadi ladang investasi dunia akhirat, aamin.
Amien… terima kasih uda
Amien…
Terima kasih pak…
selamat ya kak atas kelahiran buah hati nya, semoga bisa jadi ortu yang baik, amin…..
izin follow blog nya yak, salam kenal 🙂
Yups, terima kasih atas kunjungannya di pondok saya… Dan terima kasih juga atas do’anya….
Salam kenal juga dari bumi Cikarang 🙂
Hehehe, tiap anak memang (katanya) berbeda-beda ya *sok tahu 😛 *.
Menurut pengalaman pribadi sih… 😀
walaupun baca banyak teori parenting… tetep saja pembawaan anak itu beda-beda, bergantung karakternya masing-masing, dan sesuai kondisi masing-masing…
salam
Betul mas, sebagai orang tua kita harus selektif dalam membimbingnya…