Anak Supir Pengejar S3

Entah kenapa penerbangan kali ini benar-benar sungguh menyiksaku, berulang kali ku lihat jam tangan ditangan masih saja enggan untuk bergerak jauh. Penerbangan selama 2 jam 10 menit yang biasanya sangat ku nikmati ini, mendadak terasa begitu sangat lama. Penerbangan tidak lagi menjadi suatu hal yang menyenangkan bagiku. Terlebih lagi kejadian di awal tahun 2011 kemarin dimana pesawat tujuan Surabaya – Balikpapan yang aku tumpangi 3 kali lebih turun secara mendadak di atas laut jawa. Keringat sebesar biji jagung dengan nafas yang terengah-engah dan mulut yang tak henti-hentinya berdo’a agar penerbangan ini segera berakhir dan cepat mendarat dengan sempurna di Sepinggan Balikpapan.
DSCN4663
Begitu juga kali ini, meski maskapai pesawatnya berbeda dengan yang ku tumpangi ketika itu akan tetapi phobia terhadap CAT (clear air turbulence) tetap saja menghantui pikiranku. Itulah sebabnya mengapa untuk kali ini sengaja kupilih kursi dilorong pesawat, bukan tepat di jendela seperti yang biasanya ku lakukan. Alasannya sangat sederhana agar aku tidak melihat cuaca buruk dan gumpalan awan hitam yang semakin menambah phobia ini. Akan tetapi ternyata manusia hanya bisa merencanakan, Tuhanlah yang menentukan segala Nya. Entah mengapa penerbangan pertama Balikpapan – Jakarta hari ini bangkunya banyak yang kosong, sehingga tetap saja aku bisa melihat dengan jelas ke arah luar jendela pesawat. Meskipun omelet dan segelas juice apel telah masuk ke dalam perut, malah semakin menambah ketakutanku untuk terbang.

Omelete & Jus Apel Di Ketinggian

Omelete & Jus Apel Di Ketinggian

Sebuah hal yang mustahil sebenarnya bagiku jika mengingat semua yang terjadi secara serba kebetulan. Berawal di tahun 1998, mimpi seorang supir menjadi kenyataan. Bagaimana tidak, terlahir sulung dari 3 bersaudara dari keluarga yang sangat sederhana ini bermimpi untuk menjadi seorang yang berpendidikan tinggi. Jangankan untuk menjadi seorang sarjana, bisa lulus sekolah menengah saja sudah sangat beruntung. Dengan penghasilan orang tua yang serba pas-pasan, belum lagi biaya pendidikan yang tinggi membuat semuanya terasa begitu mustahil. Begitupun juga dengan nilai-nilaiku, semuanya tidak ada yang istimewa. Hanya saja semenjak SD, Allhamdulillah diriku belum pernah terperosok dari 5 besar.

Pertengahan tahun 1998 menjadi sebuah tonggak sejarah bagi perjuanganku meraih mimpi. Mimpi untuk menjadi seorang insinyur dan jika memungkinkan bisa lulus sampai S3.
Pepatah “Gantungkan Mimpimu Setinggi Langit, Suatu saat Kau akan Meraihnya” benar adanya. Karena dengan berbekal keyakinan dan usaha, niscaya kamu bisa merealisasikannya.

Ketika guru di sekolah SMK menawarkan sebuah pekerjaan di salah satu perusahaan otomotif di bilangan sunter jakarta yang sudah kami sepakati bahwa setelah lulus nanti aku akan meng’iyakan’ permintaannya untuk bekerja diperusahaan tersebut. Akan tetapi sebelum kelulusanku, krisis moneter melanda negeri tercinta ini. Jangankan untuk menerima karyawan baru, yang ada justru perusahaan berlomba-lomba memecat karyawannya. Perasaan kecewa karena gagal untuk bekerja di salah satu perusahaan elite membuatku harus menerima kenyataan bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur.

Di sela menunggu pengumuman kelulusan, akhirnya utarakan niatku untuk melanjutkan kuliah kepada keluarga. Akan tetapi pro dan kontra antara kedua orang tuaku tak terelakan. Abah bukannya tak setuju dengan niatku untuk melanjutkan pendidikan, akan tetapi semata-mata dia hanya memikirkan dari mana uang untuk biaya kuliahku? Mungkin karena insting seorang ibu yang lebih mengerti kekuatan tekad anaknya lah dengan berat hati mengizinkanku untuk kuliah dengan syarat harus ikut UMPTN dan mengambil kuliahnya di Jakarta atau Bandung saja.

Dengan berbekal ilmu fisika dan matematika yang seadanya ku putuskan untuk mengambil jurusan teknik mesin ITB dan UNS. Itupun tanpa sepengetahuan mereka ku pilih pilihan kedua UNS, dengan alasan apapun juga tetap saja tidak mungkin aku bisa lulus. Gila… dan nekad memang, karena hanya akan membuang-buang waktu dan uang saja untuk ikutan test ini. Dan akhirnya juga bisa di ketahui bahwa namaku tidak tertera di koran kompas waktu itu alias tidak lulus.

Sudah terbayang dipikiran, pupuslah harapan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Sehingga dengan perasaan yang tak menentu ku putuskan untuk berangkat ke Ciamis tepatnya tepatnya Panjalu sekedar untuk menenangkan pikiran yang sedikit kacau. Semoga setelah pulang nanti otak ini akan sedikit lebih fresh karena terbiasa dengan udara dingin di sana dan semoga saja ada kabar baik dari keluarga sehingga aku mendapat izin untuk melanjutkan pendidikan. Rupanya kali ini keputusanku tepat. Karena ketika aku memutuskan untuk pergi ke Ciamis keadaan di Jakarta sedang rusuh oleh penjarahan, sehingga dengan berada di panjalu keselamatan jiwaku masih terjamin. Beruntung, kakak temanku menelpon ke rumah dan mengabarkan bahwa aku baik-baik saja .

Selepas kembali dari ciamis, ku beranikan diri untuk menanyakan mengenai kelanjutan studiku di teknik mesin pada keluarga. Besar harapan mereka mau menerima keputusanku untuk melanjutkan pendidikan di kota Bandung. Alhamdulillah, mereka merestui meskipun si abah masih tetap dengan pendiriannya. Akan tetapi hatinya luluh juga oleh ketegasan emak dan nenek yang mengatakan akan membiayai jika mereka tidak mampu serta jaminan nenek dengan tanah yang dimilikinya jika memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Mantap pikirku, tak sia-sia perjalanan ke ciamis dan memanjatkan do’a di rantau orang semakin membuatku lebih dekat ke mimpiku.

Dengan sigap langsung ku menuju terminal cikarang untuk naik bus primajasa tujuan bandung, sehingga bisa mendaftar di salah satu universitas di kota tersebut. Karena tak banyak tahu nama kampus di bandung, tanpa ragu kuputuskan mendaftar di universitas pasundan.

Entahlah mengapa temanku membawaku masuk ke kampus ini, mungkin sudah tidak ada pilihan lain lagi atau mungkin hanya kampus inilah yang biayanya masih terjangkau. Ya dengan hanya membayar DPP sebesar Rp.100.000 ku putuskan untuk ikut test dan hanya mengambil 1 pilihan yaitu teknik mesin. Karena pikirku dengan berbekal sekolah di STM dahulu akan lebih memudahkan nantinya. Tak ada sedikitpun fikiran untuk mengambil pilihan lain seperti teknik industri atau lainnya apalagi untuk ekonomi, fisip maupun hukum.

Unpas Teknik - Kampus II Jl. Lengkong Besar

Unpas Teknik – Kampus II Jl. Lengkong Besar Sumber

Instingku kali ini mengatakan bahwa dengan sedikit belajar aku mungkin bisa lulus meskipun dengan uang bangunan yang sangat kecil, berbeda dengan teman-teman lain yang membayar 10 – 20 kali lipat. Pikirku jika memang tak lulus ujian saringan masuk di sini, mungkin aku akan bekerja dahulu sehingga bisa menabung untuk tahun depan.

Beruntung aku bisa lulus ujian saringan masuk meskipun harus di kelas malam. Entah karena uang DPP yang kecil atau memang hasil ujian yang kurang atau mungkin karena kesalahan panitia akhirnya aku diterima sebagai mahasiswa teknik mesin dengan NRP : 9871.02960. Alhamdulillah, selesai sudah langkah awal menuju impianku…

Terminal Leuwi Panjang, Tempat Menginap Di Awal Menjadi Mahasiswa

Terminal Leuwi Panjang, Tempat Menginap Di Awal Menjadi Mahasiswa Sumber

Hari-hari pertama menjadi mahasiswa ku lalui dengan tidur di terminal leuwi panjang selama beberapa hari, maklum tidak ada sanak saudara yang bisa ku tinggali. Beruntung tidak beberapa lama aku bertemu dengan teman-teman dari bekasi dan mengajakku untuk menginap di tempatnya sambil mencari-cari tempat kos. Dan aku bersyukur sekali karena aku mendapatkan tempat kos yang cukup murah dengan hanya membayar Rp.1.000.000 untuk satu rumah. Memang jauh dari layak, akan tetapi cukup untuk menampung kami berlima. Lokasinya pun dekat dengan kampus yang hanya berjarak sekitar 100 meter saja.

Teman-teman Kost Di Bandung :D

Teman-teman Kost Di Bandung 😀

Ternyata menjalani mahasiswa teknik mesin tidak semudah yang dibayangkan, dan jauh dari perkiraan seperti ketika STM dahulu. Sehingga banyak dari teman-temanku yang pindah ke jurusan lain. Seleksi alam ini terjadi pada awal-awal semester, sehingga membuatku sedikit shock untuk melanjutkan. Tapi ini adalah pilihanku, ku bulatkan tekad untuk tetap melanjutkan pertarungan hingga selesai.

Keluarga besar Mesin Unpas 98

Keluarga besar Mesin Unpas 98

Mahasiswa Karatan

Ketika Menjadi Mahasiswa

Meskipun agak sedikit tercecer karena Mekanika Fluida yang harus ku ambil hampir 3 kali. Alhamdulillah, dengan keyakinan yang kuat di sertai do’a aku berhasil menyelesaikan sidang sarjana pada tanggal 18 november 2003 dengan judul skripsi “Analisa mesin uji tekuk untuk produk las hasil rancang bangun”.

Akhirnya...

Akhirnya…

Sepertinya mimpi-mimpi ini akan semakin mendekati kenyataan apabila kita memang berusaha untuk terus menggapainya. Karena saat ini aku sedang menjalani kuliah S2 dan insyaallah setelah lulus nanti aku bisa langsung melanjutkan ke S3 di teknik mesin pula.

Proses Menuju Impian

Proses Menuju Impian

Semoga saja ilmu yang kudapat ini bisa menjadikanku sebagai seorang hamba yang bisa lebih bersyukur atas karunia-Nya serta bisa bermanfaat untuk bangsa dan agamaku kedepannya. Amien…

Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Kolaborasi : Apa Impianmu?

giveaway-kolaborasi-banner-ii