2 Tahun Ngeblog

Sudah dipenghujung bulan maret lagi, berarti genap 2 tahun saya ngeblog di sini. Menuliskan berbagai cerita serta pengalaman selama setahun ke belakang dan berbagi pengalaman mengarungi kehidupan. Blog ini merupakan sarana saya untuk belajar, belajar dan belajar untuk menulis. Cukuplah saja saya mengingat, bahwa dengan ngeblog mungkin menjadi salah satu cara saya untuk meninggalkan jejak bagi saya mengarungi kehidupan ini. Meski semuanya masih jauh dari kesempurnaan, saya tetap berharap bahwa kedepannya masih tetap bisa menulis.

Dirgahayu RTB

Dirgahayu RTB

Tulisan-tulisan saya mewakili perasaan hati saja serta menjadi cara ampuh bagi saya sebagai pengobat lupa. Karena sudah sifat manusia yang pelupa sehingga saya menuliskannya, karena itu cara ampuh untuk mengingatnya dan membuatnya abadi.

Semoga saja saya bisa tetap menulis dan berbagi…

~RTM
28-03-2015

CATPER 4 : Kota Tua Padang

Melanjutkan tulisan saya berjalan kaki di kota padang yang luar biasa indahnya dengan landscape pantai dan bukit serta penataan tata letak bangunan yang tertata apik disepanjang pantai, saya lanjutkan berjalan menyusuri siang hari yang terik tersebut dengan harapan bisa lebih banyak mendapatkan tempat menarik di kota ini.

Selepas mengambil foto, saya lanjutkan mengambil ke arah kiri dari jembatan dan menemukan beberapa bangunan cukup tua jejak peninggalan Belanda.  Kota yang dibangun oleh Belanda ini masih dapat dilihat sampai sekarang. Kantor Gubernur Belanda berada berseberangan dari gedung DJB, persis di samping jembatan Siti Nurbaya. Kini beralih fungsi jadi Kantor Inspektorat Wilayah Sumbar yang terkesan menutupi kesan aslinya. Di sekitar tepian Batang Arau berjejer gedung milik perdagangan Belanda.

The Javasche Bank

The Javasche Bank Source

Yang menonjol yakni Nederlandche Handel-Maatschappij (NHM), perusahaan perdagangan Belanda yang menggantikan fungsi VOC. Saat ini, gedung NHM difungsikan sebagai gudang milik swasta. Gedung yang berada di jajaran NHM ini merupakan perkantor perusahaan dagang Belanda: Steffan, Guntzel, Veth, Tels & Co, Hautten, Geowehry Jacobson van Den Berg, Tels & Co.

Klenteng See Hin Kiong

Klenteng See Hin Kiong Source

Bangunan Tua

Bangunan Tua Source

Masih penasaran dengan bangunan tua disekitar area tersebut, saya lanjutkan berjalan ke arah kiri dan menemukan komplek perkampungan China dan beberapa bangunan klenteng. Kelenteng See Hin Kiong merupakan salah satu bangunan yang mencolok saat melintasi Kampung China. Warna merah dan kuning memadati oranamen-ornamen yang dibalut aura naga. Bangunan tua tempat beribadat tiga agama ini (Budha, Kong Hu Chu, Tao) dibangun sekitar 1861. Kelenteng yang awalnya bernama Kelenteng Kwan Im Tem dibangun kembali pada 1905 oleh Kapten Lie Goan Hoat. Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter September 2009 merusak bangunan ini. Kini, Kelenteng See Hin Kiong difungsikan sebagai museum. Sedangkan kelenteng dengan corak serupa dibangun sekitar 100 meter dari bangunan lama.

Sumber :
1. Sini
2. Sini

~RTM
22-02-2015

CATPER 3 : Pantai Padang Dan Jembatan Siti Nurbaya

Satu hal yang menjadi kebiasaan saya yang mungkin tidak bisa hilang ketika menjejakan kaki pertama kali di tanah yang belum pernah saya kunjungi adalah dengan cara berjalan kaki. Bukan, bukannya saya tak ingin memakai moda transportasi yang banyak dan lebih praktis tapi saya lebih memilih berjalan kaki untuk mengetahui sejauh mana saya bisa menemukan beberapa spot menarik di kota tersebut. Hal ini saya lakukan pertama kali dulu di tahun 1998, ketika hendak kuliah di Bandung. Saya berjalan kaki dari terminal Leuwi Panjang hingga terminal Kebon Kalapa. Kemudian dari jalan Taman Sari hingga jalan Riau lalu tembus ke jalan Aceh hingga Kiara Condong.

Begitu pula dulu ketika saya menginjakan kaki untuk pertama kalinya di kota Sengatta Kutai Timur, saya rela berjalan kaki dari Teluk Lingga hingga Sengatta Lama. Nah yang bikin saya tertawa adalah ternyata kota tersebut hanya sebatas sengatta lama saja, kemudian jalannya berputar dan kembali ke jalan Diponegoro terus ke simpang Bontang. Lumayan lah, jadi saya bisa tahu jalan alternatif dan beberapa tempat bagus di kota ini. Demikian halnya dengan beberapa kota lain seperti Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Makassar, Soroako, Mataram, Satui, Tabalong, Melak, hingga kota Cikarang sendiri.

Kota Padang memang adalah kota pertama kali saya jejakan kaki di tanah Sumatera mendapat perlakuan yang sama dengan kota-kota lainnya. Ya, saya harus mengenal kota ini lebih dekat lagi dan saya ingin menyusuri lorong-lorong kota ini untuk mencari tempat-tempat istimewa di kota ini. Beruntung, hingga akhir pekan ternyata material yang kami tunggu belum juga datang dari Samarinda sehingga sabtu-minggu besok akan libur. Jadi saya susun sebuah rencana untuk pergi di pagi hari dengan spot pertama adalah Pantai padang yang terletak tepat didepan hotel saya menginap. Berbekal sarapan pagi, 2 botol air mineral, serta sandal jepit biru saya niatkan untuk menyusuri kota Padang dengan cara berjalan kaki.

Padang Sunset

Tepat jam 07:00 saya keluar dari lobby hotel dan dengan tatapan serta langkah yang mantap saya niatan untuk ke lokasi pertama yaitu Pantai Padang. Rutenya lumayan jauh dari hotel, mungkin sekitar beberapa ratus meter saja. Tetapi yang namanya di kota, tetap saja jalan kaki segitu kerasa juga capeknya. Apalagi pagi ini cuacanya lumayan cukup panas, jadi butir-butir keringat mulai keluar dari tubuh saya. Untuk sampai ke lokasi, ternyata harus melewati beberapa persimpangan. Nah yang jadi masalah, ternyata kota Padang memiliki ratusan persimpangan yang semuanya mirip satu sama lain. Bahkan lebih parah dari kota Bandung, alhasil saya harus tersasar beberapa kali di persimpangan Pasar Raya. Berbekal ilmu survival dan naluri yang saya dapatkan ketika menjadi seorang pendaki gunung dulu, akhirnya saya bisa keluar dari labirin simpang 5 pasar raya dengan memakan waktu sekitar 30 menit. Masih ada beberapa persimpangan lagi yang mesti saya lewati untuk sampai di tempat tujuan.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya saya tiba di Pantai Padang. Pantainya cukup baik, dengan beberapa buah pemecah ombak terbuat dari batu yang tertata dengan rapih. Sayang, tempat pertama kali yang datangi cukup tinggi sehingga sulit untuk turun dan menikmati ombaknya. Tempatnya cukup ramai, apalagi banyak berjejer kios-kios makanan yang menyediakan es kelapa hijau dan ikan bakar. Lokasinya yang tepat berada di dekat kota menjadikan pantai ini sebagai salah satu tujuan utama untuk melepas penat.

Pemecah Ombak

Pemecah Ombak

Menariknya lagi, pemandangan yang indah ini saya dapatkan secara gratis. Ya, tanpa tiket masuk dan kita bisa langsung menikmatai hamparan laut yang terbentang luas. Ombak disini cukup lumayan besar, sehingga agak berbahaya jika berenang. Ada tanda peringatan yang cukup besar disekitar lokasi tersebut, agar para pengunjung berhati-hati.

Papan Peringatan Berenang

Papan Peringatan Berenang

Puas menikmati pemandangan laut, kemudian saya lanjutkan berjalan lagi ke arah selatan dan tak lama berjalan saya menemukan gedung budaya Sumatera Barat. Sayang saya tak sempat masuk kedalamnya karena masih tutup dan suasananya masih sepi. Saya lanjutkan berjalan kaki dan menemukan sebuah persimpangan yang cukup membingungkan. Beruntung saya melihat papan petunjuk yang agak tertutup daun yang cukup lebat. Wow, Jembatan Siti Nurbaya ternyata tepat di depan jalan yang akan saya lalui. Lumayan lah pikir saya, dengan sekali jalan ada beberapa tempat menarik di kota Padang ini bisa saya kunjungi.

Jembatan Siti Nurbaya

Jembatan Siti Nurbaya

Saya agak mempercepat langkah kaki agar segera bisa sampai di jembatan yang sangat terkenal itu. Kurang lebih 15 menit, akhirnya saya sampai di Jembatan Siti Nurbaya. Pemerintah membangun jembatan ini untuk menghubungkan Gunung Padang dan kota Padang. Tepat dibawah jembatan ini banyak perahu yang bersandar. Ternyata waktu yang paling cocok untuk mengunjungi lokasi wisata ini adalah pada waktu menjelang matahari terbenam, karena kita dapat menyaksikan keindahan pemandangan matahari terbenam dari jembatan tersebut.

 Bersambung

~RTM 22-02-2015

Elisya dan Anemia Aplastik

Mungkin ada dermawan yang berbaik hati mau menolong Elisya yang menderita Anemia Aplastik bisa langsung menghubungi kontka berikut: Contact Person: Muhamad Rizki Ramdani HP: 082240 449871 Facebook : Muhammad Rizki Ramdani Ziwanztone Twitter : @RZiwanztone Email : iky.ziwanztone@gmail.com

santistory

Gadis cilik itu bernama Elisya Agustin Indallah. Biasa dipanggil Elisya. Hari ini sudah hampir 2 bulan gadis manis itu meninggalkan teman-teman bermainnya dan bangku sekolahnya di kelas 4 SD Negeri Cisarua Sukabumi untuk mendapatkan perawatan medis lanjutan  di Bandung. Tepatnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Saya sendiri mulai mengenal Elisya lewat komunitas volunteering saya @Blood4LifeID.  Saat itu ada permintaaan darah AB+ yang cukup banyak dan terus menerus. Setelah menghubungi pendamping pasien, kakak Elisya yang bernama Rizki, akhirnya diperoleh informasi bahwa Elisya menderita Anemia Aplastik.  Menurut Wikipedia, Anemia Aplastik adalah suatu kondisi di mana sumsum tulang tidak lagi bisa memproduksi sel darah baru.

Screenshot_2015-03-17-13-33-03 Elisya dan Rizki. taken from Rizki’s twitter 😀

Awal gejala dari anemia aplastik Elisya adalah kulit yang mudah sekali memar dan gatal. Selain itu kaki juga terasa pegal sekali. Awalnya Elisya dibawa ke Puskesmas, tapi tak kunjung sembuh. Jumat, 6 Februari 2015, Elisya pingsan saat sedang di…

Lihat pos aslinya 339 kata lagi

CATPER 2 : Kota Padang Di Pagi Hari

Selepas memanjakan mata dengan pemandangan ratusan modifikasi ekstrem angkot di kota Padang, akhirnya saya diajak berkeliling sejenak ditengah kota. Ada beberapa spot menarik yang biasa digunakana muda-mudi menghabiskan waktu. Karena waktu sudah larut malam, saya kurang memperhatikan ditempat mana saja saya diajak untuk berkeliling saat itu. Biasalah, masih jet lag dan efek UAS yang bikin saya sempoyongan mengatur ritme nafas kali ini. Saya juga berfikir pasti nanti bakal ada jeda libur di sabtu-minggu, sehingga saya bisa keliling padang secara bebas. Akhirnya kami langsung menuju Hotel R*cky yang berada di dekat area pasar raya Padang.

Sunrise 1

Sunrise 1

Tanpa menunggu lama, akhirnya kami dapatkan kunci kamar di hotel tersebut. Kali ini saya mendapatkan kamar nomor 705 yang berada di lantai 7, udah kebayang khan harus naik lagi ? Mana bawaannya banyak dan badan baterrainya udah hampir setengah, ditambah mesti naik lagi ke lantai atas. Dengan setengah sempoyongan saya paksakan untuk naik lift dan menuju kamar tersebut. Tapi betapa terkejutnya saya saat pintu kamar mulai terbuka, kebetulan waktu itu kerai jendela nya belum di tutup sehingga pemandangan jelas kota Padang dari atas hotel ditengah malam membuat rasa letih ini seolah hilang. Subhanallah, cantik sekali kotanya. Semakin membuat saya penasaran bagaimana kondisi nanti disaat siang. Sayang, pemandangan cantik ini ternoda oleh bau yang kurang sedap mirip ketika saya tinggal lama di Kalimantan. Ya, bau tak sedap tersebut berasal dari karet mentah yang saya tak tahu dari mana asalnya. Setelah puas melihat pemandangan kota ini Padang ditengah malam, saya langsung istirahat karena hari sudah terlalu larut.

Karena sangat letih sekali akhirnya saya langsung tertidur pulas malam itu. Suara orang mengaji akhirnya mengusik telinga saya di pagi itu. Saya lihat jam di handphone ternyata baru jam 04.00 pagi, tetapi dibawah kamar saya terdengar banyak sekali orang beraktivitas. Masih bisa shalat tahajud nih, langsung saya sempatkan mengambil air wudhu untuk sejenak melupakan urusan dunia , menghadap Allah sebagai zat terbaik untuk mengadu dipagi ini. Pagi yang indah diawali dengan kebaikan, semoga siangnya akan mendapat keberkahan. Amien… Tak lama berselang, adzan shubuh pun menyambut dipagi nan indah tersebut.

Spot Terbaik Dari Dinggir Jendela

Spot Terbaik Dari Dinggir Jendela

Rasa penasaran selepas bangun tidur tadi membuat saya membuka jendela dan mencoba melihat apa yang terjadi diluar sana. Kembali bau tak sedap langsung menyambar hidung saya dipagi itu, padahal jika tidak ada bau tersebut akan lebih bagus lagi. Ternyata dibawah hotel tempat saya menginap adalah tempat para petani menjual hasil kebunnya seperti buah pisang dan lain-lain. Wah, mirip banget dengan suasana kota Bandung. Udaranya yang sejuk, suara orang mengaji di surau dan aktivitas orang berjualan tersebut mirip ketika saya dulu kost di jalan dedes dekat kantor muhammadiyah kota Bandung.

Sunrise 2

Sunrise 2

Sinar surya perlahan mulai menampakan sinarnya di ufuk timur. Nampak jelas terlihat guratan sinar jingga nya mulai menembus awan putih di atas bukit sana. Kali ini saya tak perlu mendaki gunung untuk mendapatkan sunrise, karena saya bisa mendapatkannya disini. Tak perlu membawa peralatan banyak untuk mendaki gunung, tak perlu fisik yang prima dan persiapan yang matang untuk menikmati indahnya mentari pagi. Cukup dengan bangun sedikit lebih awal, membuka jendela kamar dan saya bisa menikmati indahnya mentari pagi yang terbit dari balik bukit. Hehehe…. lengkap lah sudah, tidur dikasur empuk sambil menikmati secangkir kopi panas dan menikmati nikmat karunia-Nya.

Padang Di Pagi Hari

Padang Di Pagi Hari

Eits… tunggu dulu, semuanya belum berakhir dipagi itu. Selepas shalat dhuha dan berniat turun ke bawah untuk sarapan dan menunggu jemputan ke tempat bekerja, kembali saya disuguhkan pemandangan eksotis dari depan lift. Ya, pemandangan laut biru yang menghampar luas dapat terlihat jelas dari depan pintu kamar dan dari sebelah lift tersebut. Subhanallah, ternyata kota Padang sangat lengkap. Dikelilingi oleh bukit yang berjejer indah dan hamparan laut lepas…

~RTM
16-02-2015

CATPER 1 : Angkot Padang Bikin Takjub

Sesuai dengan janji dan tekad saya di postingan sebelumnya, bahwa saya akan mencoba untuk menulis kembali minimal 1 tulisan 1 minggu. Gak perlu target mesti setiap hari 1 tulisan, meskipun terkadang pengen rasanya bisa menulis 1 hari 1 halaman. Tapi mau dikata apa, kesibukan ini betul-betul menyita habis waktu saya. Baiklah, saya akan coba menulis catatan perjalanan melakukan perjalanan dinas ke kota Padang kemarin.

Jika sebagian orang akan terpukau dengan indahnya pesona alam di tanah Sumatera, lain halnya dengan saya. Maklum, ini adalah kali pertama saya menjejakan kaki di bumi Sumatera setelah sekian lama hanya bisa berharap dapat bertugas ke sini. Tepat tanggal 15 Februari 2015 yang lalu, dengan bantuan penerbangan QG 973 Jakarta – Padang akhirnya saya bisa menjejakan kaki di kota Padang. Yups, meski harus menahan rasa gugup ketika harus kembali melakukan penerbangan di sela beberapa musibah kecelakaan pesawat dan pengalaman pahit saya ketika terbang. Mana cuaca sedang tidak bersahabat lagi, sudah terbayang pasti perjalanan ini akan memakan waktu yang lama, karena phobia terhadap CAT (clear air turbulence) tetap saja menghantui pikiranku. Bissmillah, semoga perjalanannya dimudahkan do’aku dalam hati.

Alhamdulillah, ternyata ketakutanku tidak menjadi kenyataan karena begitu lepas landas cuacanya cukup bersahabat dan hampir tidak terjadi guncangan yang berarti. Beruntung saya naik pesawat sore, sehingga saya bisa melihat pemandangan kota Padang dari atas diwaktu malam. Meski tidak sempat mendapatkan gambarnya, saya sungguh takjub dengan pemandangan tersebut. Selang beberapa saat, akhirnya pesawat saya mendarat mulus di Bandara internasional Minangkabau dan saya langsung dijemput untuk langsung menginap di hotel karena besok pagi sudah harus masuk tambang untuk bekerja.

Ternyata perjalanan dari bandara ke hotel tempat saya menginap cukup jauh, sehingga perut yang dari siang tadi belum diisi kini mulai menagih janji. Akhirnya kami mampir sejenak di salah satu tempat makan yang cukup ramai di tengah kota dekat dengan salah satu mall dan memesan makan malam. Selang beberapa saat, saya dikejutkan oleh suara raungan dari knalpot mobil dan suara bass yang di stel full. “Wah mobil sport nih pikir saya”, maklum hari itu adalah hari minggu dan mungkin banyak para remaja yang ingin keluar untuk sekedar nongkrong di mall. Akan tetapi betapa terkejutnya saya ketika yang lewat tersebut hanya mobil Suzuki Carry 1.5 yang ayah saya miliki dirumah. Yang lebih mengagetkan lagi ternyata yang lewat tadi hanyalah sebuah angkot…?!

Angkot Padang

Angkot Padang Source

Bujug dah…mobil angkotnya saja suaranya dan modifikasi soundnya kaya gitu, gimana mobil pribadinya ?
Belum lagi cutting sticker dan mobil ceper yang membuat mobil angkot tersebut mirip mobil-mobil yang ikut dalam NASCAR. Tak henti-hentinya saya takjub dengan pemandangan tersebut. Belum hilang rasa kagum saya, sebuah angkot Toyota kijang kembali lewat dengan suara yang lebih gahar. Para sopir angkot rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk memodifikasi angkot-angkotnya agar terlihat lebih keren dan menarik. Bodi dan kaca angkot penuh dengan stiker bahkan hingga pelek rodanya.

Ceper abis

Ceper abis

Edan… tingkat modifikasi angkot di Padang cenderung ekstrim untuk ukuran sebuah angkot… ?!

Menurut seorang teman yang asli sana, orang Padang itu “pamiliah” (pemilih) angkot. Kalau Angkotnya jelek (biasa aja tidak dimodifikasi) dan gak ada musik, gak ada penumpang yang mau naik. Jenis angkutan umum darat yang paling laris di Kota Padang adalah angkot. Uniknya modifikasi angkot di Kota Padang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang dan wisatawan.

Angkot Ceper

Angkot Ceper Source

Terbayang, suasana saat naik angkot pun akan seperti berada di dalam diskotik dengan hingar bingar alunan musik yang membahana yang mungkin dapat didengar dari jarak 50 m dari luar angkot. Di dalam angkot pun ada hiasan lampu warna warni yang berkedip-kedip dan memusingkan mata jika belum terbiasa. Alunan musik yang diputar bermacam-macam, ada musik rock, hiphop, dangdut, pop, hingga lagu minang.

Sound systemnya

Sound system Source

Sound systemnya

Sound system Source

Entah benar atau tidak, angkot-angkot di Padang merupakan sebuah seni yaitu seni dekorasi dan seni marketing. Maka tak ada salahnya jika nanti berkunjung ke kota Padang, naik angkot merupakan list yang tak boleh terlewatkan.

~RTM
15-02-2015

Kangen Ngeblog

Hihihi…. Lama gak ngeblog, malah bingung caranya mau nulis :mrgreen:
Apa kabar saudaraku sekalian ? Wah wah wah, kemana aja nih sebulan gak update tulisan di blog ? Bertapa ?! Nyari Wangsit ?! Atau Gak ada ide ?!

Bukan…bukan, sumpah dalam beberapa minggu kebelakang ini masih sibuk ngurusin pekerjaan, mulai keliling dari Padang – Surabaya – hingga keliling di Cikarang sendiri. Belum lagi dikejar-kejar proposal riset yang sampai detik ini belum sama sekali dikerjakan. Padahal meskipun sibuk, maunya ingin selalu update minimal seminggu sekali atau dua minggu sekali. Tapi ternyata kesibukan ini luar biasa dan terus bertambah sehingga blog ini mulai terbengkalai tak terurus.

Jadi baru saja seminggu yang lalu saya baru pulang ke Cikarang, setelah selama beberapa minggu harus rela di cekoki makan daging rendang di kota Padang. Nah bukannya beristirahat setelah sampai rumah, ayah harus di rawat karena infeksi usus 12 jari selama hampir 5 hari. Belum lagi si kecil yang masih sakit karena batuk pileknya belum juga sembuh. Padahal hati ingin sekali ngeblog dan ada beberapa ide tulisan yang memang belum sempat saya tulis. Ternyata ngeblog juga bikin kangen ya ? Padahal blog saya sih gak begitu rame-rame amat, paling hanya beberapa visitor setiap hari nya. Sebenarnya yang bikin kangen bukan karena blog ini rame, akan tetapi aktivitas nulisnya yang bikin saya kangen berat. Rasanya kalau menulis seneng aja, sehingga beberapa permasalahan yang ada perlahan bisa dihilangkan.

Sepertinya saya hanya kurang mengatur waktu saja, sehingga saya tidak bisa konsen pada beberapa hal yang mestinya saya harus bisa selesaikan dibulan ini. Anyway, saatnya kini saya kembali mengatur waktu yang tersisa agar kehidupan blog ini bisa tetap hidup dan saya tetap aktif ngeblog lagi.

~RTM
16-03-2015